Berbagai Energi Terbarukan untuk Keberlanjutan Data Center
Berbagai Energi Terbarukan untuk Keberlanjutan Data Center
Permintaan terhadap data center terus meningkat. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah konsumsi energi yang tinggi. Menurut International Energy Agency, konsumsi energi oleh industri data center mencakup lebih dari 1% dari konsumsi daya dunia dan diperkirakan akan mencapai 8% pada tahun 2030.
Secara global, data center mengkonsumsi sekitar 200 terawatt per jam (TWh) per tahun, di mana sekitar 90 TWh dapat langsung diatribusikan kepada tiga hyperscaler terbesar: Amazon, Microsoft, dan Google.
Permintaan energi data center diperkirakan akan meningkat sekitar 15 kali lipat pada tahun 2030 untuk mencapai 8% dari total permintaan listrik yang diproyeksikan.
Perubahan iklim, tekanan pemegang saham, dan regulasi terkait keberlanjutan mendorong penyedia untuk mencari alternatif energi bersih untuk memasok daya ke data center mereka. Namun hanya pembangunan kolokasi baru yang memasukkan praktik efisiensi energi dan keberlanjutan secara keseluruhan yang akan memastikan operasi yang kuat dan koneksi grid.
Indonesia, sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, telah menetapkan target untuk mencapai emisi netral karbon pada tahun 2060 atau sebelumnya. Dengan demikian, penting bagi industri data center di Indonesia untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan ini. Seperti apa solusinya, simak sebagai berikut.
Energi Terbarukan: Solusi untuk Data Center
Energi terbarukan menjadi solusi yang menjanjikan. Dengan memanfaatkannya, kita dapat menciptakan data center yang berkelanjutan dan mengurang jejak emisi karbon pada bumi kita tercinta.
Energi terbarukan memang menawarkan solusi yang menjanjikan, namun penerapannya tidak serta merta dapat diaplikasikan secara menyeluruh. Berbagai isu seperti lokasi dan ketersediaan sumber daya dapat menjadi tantangan dalam implementasinya. Meski demikian, dengan memanfaatkannya secara optimal, kita dapat menciptakan data center yang berkelanjutan dan mengurangi jejak emisi karbon pada bumi kita tercinta.
Beberapa contoh energi terbarukan yang dapat digunakan adalah: energi matahari, angin, air, dan bioenergi. Selain itu, energi geotermal juga menjadi opsi yang menjanjikan, terutama di Indonesia yang memiliki potensi geotermal terbesar kedua di dunia.
Saat ini, Renewable Energy Certificate (REC) di Indonesia masih didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), namun dengan potensi geotermal yang besar, ini bisa menjadi peluang untuk diversifikasi sumber energi terbarukan.
Namun, perlu diingat bahwa meski menjanjikan, penerapan energi terbarukan di data center juga memerlukan pertimbangan yang matang. Misalnya, konsumsi energi oleh industri data center diharapkan mencapai 8% dari total konsumsi listrik dunia pada tahun 2030.
Oleh karena itu, perlu ada upaya bersama antara pemerintah, perusahaan, dan investor untuk mencapai dekarbonisasi sistem energi.
Ini termasuk memanfaatkan energi terbarukan seperti energi geotermal, namun juga memerlukan solusi manajemen permintaan seperti pembaruan jaringan listrik dan solusi penyimpanan energi.
EDGE DC dan Transisinya Menuju Energi Terbarukan
EDGE DC pada data center EDGE1 sejak 2023, telah resmi menerapkan Renewable Energy Certificate (REC) 100% dari PLN, yang menjadikannya data center pertama yang beroperasi di tengah kota Jakarta yang menggunakan energi terbarukan.
Kemudian data center baru, EDGE2, akan menjadi fasilitas pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi cooling yang inovatif dari Nortek, akan menjadikan EDGE2 sebagai salah satu data center paling efisien saat ini di Indonesia. EDGE2 juga sedang dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi REC dan LEED Gold sebagai komitmennya dalam mendukung keberlanjutan di industri data center Indonesia.
Baca juga: Green Data Center: Masa Depan Infrastruktur IT yang Berkelanjutan
Kesimpulan
Mengingat peningkatan permintaan terhadap data center dan tantangan konsumsi energi yang tinggi, energi terbarukan menjadi solusi yang menjanjikan untuk menciptakan data center yang berkelanjutan dan mengurangi jejak emisi karbon. Meski menawarkan solusi yang menjanjikan, penerapan energi terbarukan di data center memerlukan pertimbangan yang matang, termasuk isu lokasi dan ketersediaan sumber daya.
Indonesia, dengan potensi geothermal (panas bumi) terbesar kedua di dunia, memiliki peluang untuk diversifikasi sumber energi terbarukan. Namun, upaya bersama antara pemerintah, perusahaan, dan investor diperlukan untuk mencapai dekarbonisasi sistem energi. Ini termasuk memanfaatkan energi terbarukan seperti energi geotermal, serta solusi manajemen permintaan seperti pembaruan jaringan listrik dan solusi penyimpanan energi.
EDGE DC telah menunjukkan komitmennya terhadap transisi ini. Data center EDGE1 telah menerapkan Renewable Energy Certificate (REC) 100% dari PLN sejak 2023, menjadikannya data center pertama yang beroperasi di tengah kota Jakarta yang menggunakan energi terbarukan.
Selanjutnya, data center baru, EDGE2, yang menggunakan teknologi cooling inovatif dari Nortek, sedang dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi REC dan LEED Gold.
Untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana EDGE DC dapat membantu data center Anda bertransisi ke energi terbarukan, silakan hubungi kami.